MARAH TAPI JANGAN BERDOSA
MARAH TAPI JANGAN BERDOSA
Amsal 14:29
Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.*
Para ahli psikologi modern memandang bahwa marah merupakan emosi primer, alami, & matang yg di alami oleh smua mahkluk hidup.
Marah memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup.
Emosi ini dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. N a m u n marah yg tidak terkendali bisa berdampak negatif terhadap Kualitas Hidup Pribadi & Sosial.
Sebenarnya, marah menjadikan kita manusia sepenuhnya.
Orang yg tidak pernah marah tentu manusia yg di ragukan kenormalannya.
Jika kita membaca
Yohanes 2:13-16 (TB) Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
kita menemukan bahwa YESUS juga pernah marah. Kemarahan YESUS mengindikasikan sekalipun DIA adalah TUHAN, YESUS juga sepenuhnya manusia.
Paulus menyampaikan surat pengembalaannya pada jemaat di Efesus agar mereka tidak larut dalam kemarahan. Mengapa Paulus penting untuk menyampaikan hal tsb?
Alasannya karena satu hal, yaitu menjadi manusia baru.
Efesus 4:24 *dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.*
Manusia baru adalah manusia yg memiliki Kasih di dalam dirinya.
Jadi sekalipun marah adalah emosi yg alami di rasakan oleh tiap orang, termasuk umat percaya, tapi marah itu jangan sampai ber-larut², sehingga mendendam lalu menimbulkan dosa.
Mari merefleksikan diri kita agar dapat mengendalikan kemarahan. Kemarahan bukanlah ciri dari manusia baru.
Apabila kita adalah umat TUHAN, tentu kita tidak akan menyimpan dendam pada orang lain. Kemarahan yg tidak kunjung berakhir, hanya akan menjadi penyakit di dalam diri kita.
Untuk itu, sebagai manusia baru, marilah kita membuka pintu maaf kita
bagi setiap orang yg menyakiti kita.
Efesus 4:26 *Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu*
Shalom dari kami Tuhan Yesus memberkati anda 🙏
Komentar
Posting Komentar